Kenal ustad felix
siauw? Waduh, rugi kalo tidak kenal.
Kemaren, saya
menghadiri acara seminar genta andalas yang mana pembicaranya adalah ustad
felix siauw. Saya senang mendapatkan kesempatan mendengar langsung tausiah dari
beliau. Bukan tausiah juga sih, hanya sekedar membahas sedikit dari buku beliau
yang berjudul How to master your habbits.
Sayangnya, acara
tersebut hanya berlangsung dua jam, waktu yang relkatif singkat untuk
mendapatka ilmu dari beliau. Kalau bisa sih, setiap hari selamanya saya maunya
dibimbing terus sama beliau (nah loh? Hahaha).
Tapi dua jam tersebut cukup
membuat saya memahami banyak hal. Terutama mengenai habbits.
Saya bukanlah
orang yang pantas membicarakan tentag habbits, mengingat habbits saya sendiri
masi kacau balau. Menurut beliau, kita bisa karna terbiasa. Jika memang kita
ingin melakukan sesuatu, maka paksalah diri kita untuk biasa melakukannya.
Karena dengan terbiasa kita menjadi bisa.
nih, foto ustad, cakep kan? hahahaha :p
Namun, merubah
sebuah kebiasaan tidaklah segampang membalikkan telapak tangan, tidaklah
segampang mengatakannya. Mengubah suatu kebiasaan akan banyak cobaan yang kita
alami. Namun sejatinya, cobaan tersebutlah yang akan menjadi pahala bagi kita.
Seperti membiasakan diri untuk tahajud, tidaklah gampang. Pun menulis, hanya
ingin bisa menulis tanpa ada usaha dalam menulis tentu hal itu hanya akan menjadi
sebuah keinginan tanpa ada kenyataan.
Nah daripada itu,
untuk menuju suatu kehidupan yang lebih baik guna mendapat keberkahaan allah,
saya pun ingin melatih beberapa kebiasaan, yaitu tahajud puasa dan menulis.
Jika selama ini saya tahajud hanya saat saya ingin, maka saya ingin membiasakan
diri mentahajudkan diri setiap malam. Jika selama ini puasa begitu susah
dijalankan dihari biasa, mari coba puasa setiap senen saja. Jika menulis selalu
tentang hal-hal yang tidak penting, maka sekarang marilah mulai belajar menulis
sesuatu yang bermanfaat untuk dibaca orang lain.
Saya bukan tipe
orang ambisius dalam mencapai sesuatu. Bagi saya, apapun yang kita lakukan,
yang penting kita cukup bermanfaat bagi orang0orang disekitar, dan senantiasa
demi mendapatkan berkah dari allah swt. Bukankah hidup ini terlalu singkat
untuk mengejar dunia, sementara akhirat menanti didepan mata. Sedangkan kita
tidak punya bekal apa-apa untuk dibawa keakhirat sana. Saya apalagi. Selama ini sibuk urusan dunia
saja. Kapan untuk akhirat, sementara jatah tinggal di dunia semakin berkurang.
Bukankah waktu itu misterius.
Menunggu esok
hanya akan membuat waktu semakin terbuang.