Bismillah.
Alhamdulillah masi dalam suasana ramadhan, meski setengah ramadhan telah dilalui. Hari ini kita telah melewati ramadhan ke 16, tak terasa waktu terlalu cepat berlalu. Sudah kah kita maksimal dalam menjalani ibadah selama ramadhan ini?
Kalau saya jujur saja belum maksimal, kadar iman saya masi suka naik turun, tapi saya berusaha untuk memaksimalkan ibadah selama ramadhan ini apalagi ramadhan akan mendekati sepuluh hari terakhir, yang mana adalah malam malam penuh ampunan dan berkah dari allah. Dan disalah satu malamnya terdapat malam yang paling mulia, yang kata ustazah di kantor adalah malam perubahan takdir, bagi mereka yang mendapatkan rahmat pada mala itu.
Malam itu tak lain tak bukan adalah malam lailatul qodar. Malam dimana semua malaikat turun ke bumi, betapa crowded nya langit dan bumi, karena pada malam itu malaikan bolak balik naik turun dari langit ke bumi naik lagi ke langit balik lagi kebumi untuk naik lagi ke langit dan sterusnya, untuk mengabulkan doa umat manusia dimalam itu. Maka, beruntunglah bagi mereka yang berburu malam ini, karena semua doanya akan dikabulkan allah. Masihkan kita (terutama saya) akan melewatkan malam penuh berkah ini, yang hanya sekali setahun, karena belum tentu tahun depan kita akan berjumpa diramadhan berikutnya (yah, umur ga ada yang tahu kan). Maka dari itu, disisa ramadhan ini marilah kita berusaha memaksimalkan ibadah kita, melatih diri untuk beribadah, agar setelah ramadhan ini ibadah tersebut menjadi rutinitas kita, karena sejatinya ibadah ramadhan adalah latihan untuk kita tetap menjalan ibadah setelah lepas ramadhan. Apakah setelah ramadhan kita akan tetap istiqomah atau malah kembali lagi berlumur dosa. thats the point. Ramadhan hanyalah proses, setelahnya adalah hasilnya. dan proses tidak akan pernah membohongi hasil. (ini lebih ke reminder untuk diri sendiri).
Well, sebenarnya yang mau saya ceritakan malam ini adalah tentang ibadah taraweh.
Selama saya di padang, rata rata semua masjid disana melakukan ibadah taraweh hampir sama prosesnya. Setelah sholat isya, ada ceramah agama oleh ustad sekitar beberapa menit, dan kemudian dilanjutkan dengan sholat taraweh, dan jumlah jumlah rakaat taraweh nya pun sama, delaan rakaat taraweh (2x salam) dan dilanjutkan tiga rakaan witir (1x salam). Ini saya temui hampir disemua masjid di kota padang.
Lain lubuk lain ikannya, inilah yang saya rasakan ketika saya di jakarta. Pertama taraweh di ramadhan ini, saya kejar kejaran dengan waktu, agar saya bisa melakukan ibadah taraweh dimasjid dekat rumah. Saya lari larian mengejar kereta, akhirnya naik gerbong cowok karena tidak keburu untuk naik gerbong cewek, padahal saya paling tidak suka naik gerbong campuran, tapi demi sampai dirumah secepatnya, saya berusaha sabar. Alhamdulillah maghrib saya tiba dirumah. waktu isya datang dan saya segera ke masjid dekat kontrakan, alhamdulillah masjidnya rame dan penuh banget (efek hari pertama), saking ramenya saya hampr tidak kebagian tempat, tapi alhamdulillah masi dapat tempat dilantai dua.
Saya kira akan sama seperti masjid pada umumnya di padang, tapi ternyata salah. Dan ini pengalaman pertama saya. ternyata di masjid ini, tarawehnya dua rakaat salam, jumlah rakaatnya ternyata 23 rakaat, dan disetiap rakan genap sang imam selalu baca surat al ikhlas. Sebenarnya saya tidak mengikuti sampai selesai. Setelah rakaat ke dua belas, saya memutuskan untuk pulang. Ada beberapa alasan, pertama solatnya terlalu cepat, imamnya baca suratnya cepat banget, kaya dikeja kejar gitu, dan ini menurut saya mengganggu konsentrasi. Kedua, saya heran aja kenapa disetiap rakaat genap selalu baca surat al ikhlas. Dan ketiga, suasana didalam masjid panas dan berisik banget karna banyak anak anak. jujur, semua hal ini membat konsentrasi saya terganggu. dan akhirnya memtuskan untuk pulang sebelum selesai.
Ketika hal ini saya ceritakan pada teman teman dikantor, saya dapat jawaban bahwa masi banyak masjid di jakarta yang mempunyai tradisi seperti ini. Biasanya masjid di daerah perkampungan (ini kata temn saya). Well, yang menjadi pertanyaan saya adalah, ketika kita melaluka ibadahan manakah yang lebih penting, kualitas atau kuantitas??
Menurut saya pribadi, kualitas jauh lebih utama dari pada kuantitas. Saya lebih memilih solat delapan rokaat, dengan bacaan imamnya yang tidak tergesa gesa, syahdu, enak didengar, ayat yang dibaca adalah ayat alquran yang beragam, membuat saya fokus pada bacaan imam, sehingga ibadah pun mendekati khusuk (karna saya tahu ibadah saya belum mencapai tahap khusuk). Daripada solat dengan rakaat sebanyak banyaknya, tapi bacaan imamnya terburu-buru, tidak jelas makhrajnya, ayatnya pendek2, sehingga membuat konsentrasi terpecah. Well ini murni menurut pendapat saya pribadi. Saya tidak terlalu paham tentang agama dan budaya di Indonesia sehingga saya tidak terlalu paham tentang pebedaan ibadah seperti ini.
Tentu yang paling baik dari semuanya adalah kualitas dan kuantitas harus seimbang.
Pada akhirnya saya memutuskan untuk taraweh di masjid ui, atau kalau lembur, dimasjid kantor, dan pernah juga di masjid istiqlal. Yang mana di ketiga masjid ini sama prosesnya seperti yang saya rasakan sebelumnya di padang. dan menurut saya ini terbaik.
Bicara tentang ibadah, ini semua kembali lagi kepada Allah. Yang penting adalah niatnya dan istiqomah dalam melakukannya. Apapun caranya, yang pasti harus sesuai sunnahnya.
Ini hanya sekedar pengalaman pribadi saya yang minim sekali ilmu agama. Jika tulisan saya ini salah saya mohon maav, karna tujuan saya memposting ini hanya sekedar sharing apa yang saya rasakan. Bukan bermaksud menjudge suatu pihak apalagi riya. Semoga niat ibadah kita diterima Allah, dan selalu diberkahi Allah dalam setiap langkah kita. Dan semoga Ramadhan ini menjadi bulan ampunan bagi kita semua. Aamiin.
dari balik dinding kamar, 16 Ramadhan 1438 H.