ketika takdir mulai berkehendak, siapa yang bisa mencegah, meski diawali sebuah kesalahan bodoh, namun akhirnya siapa yang tahu. tak ada yang bisa menebak.
hei, sang sutradara, naskah mu sungguh indah dan misterius. tak ada yang bisa menebak alurnya, bahkan sang aktor pun tidak.
dan kau, wayang wayang bertopeng, jangan diam saja, berimprovisasilah, hidupkan skenario itu, agar mereka yang duduk manis itu terkecoh, bahwa ini bukan sandiwara, tapi ini panggung kehidupan.
aku berteriak, sangat keras, apa kau mendengarnya? tidak? bukankah sudah ku kirimkan sinyal itu, tak bisa kah kau menerjemahkan sinyal itu menjadi gelombang? gelombang yang pada akhirnya saling bertaut dan menguatkan sehingga menghasilkan energi yang besar bahkan tak terkalahkan. apa kau tak punya penguat? hingga akhirnya sinyal itu kau biarkan lewat begitu saja tanpa mampu kau terjemahkan. tapi aku yakin, kau mampu menerjemahkannya, tidak sekarang mungkin besok. mungkin saja kau belum mendapatkan penguatnya. tapi jangan terlambat, bisa saja saat kau mulai mendapatkan penguatnya, sinyal itu sudah mendapatkan noise dan berubah arah. maka, pelajarilah.
ketika hal biasa menjadi luar biasa. tak perlu hal besar untuk merasakan bahagia, cukup hal kecil namun rasanya luar biasa. begitulah kebahagian bagi dia, sibodoh.
sibodoh yang masi saja bertanya, apakah ini masi hal biasa atau sama luar biasa?
sibodoh yang masi saja kebingungan dan terus saja bertanya.
meski sibodoh bahagia, namun ia masih membutuhkan, jawaban.
karna yang paling dibutuhkan sibodoh adalah jawaban.
skenario, sinyal, kebodohan.
what a damn.
malam, sunyi, bahagia, hujan.
0 komentar:
Posting Komentar