saya gak tau mau nge-post apa untuk pertama-tama ini.
iseng, saya lihat blog lama saya. saya temukan tulisan artikel pertama saya. artikel pertama saya ini merupakan syarat waktu saya mengikuti open recruitment di salah satu tabloid di kampus saya, yang alhamdulillah saya sudah bergabung saat ini.
Artikel : Harapan Untuk Sebuah Keinginan
Impian semua siswa adalah ketika mereka dapat memasuki universitas
ataupun perguruan tinggi yang mereka idam-idamkan. Namun, impian
tersebut kadang kandas karena beberapa factor. Factor yang paling klasik
adalah mengenai mahalnya biaya kuliah yang semakin tinggi, sehingga
anak-anak yang berlatar belakang miskin tidak sanggup untuk melanjutkan
kuliah. Ibarat kata, mereka gagal sebelum berperang. Karena tak ada apa
apa untuk berperang. Mereka merasa tidak memiliki apapun untuk masuk.
Meski kebanyakan dari mereka bukan lah orang yang bodoh.
Usaha yang mereka tempuh untuk dapat lulus dari sekolah menengah atas
dengan nilai tinggi rasanya hanya sia sia. Pasalnya, toh mereka juga
tidak akan mampu untuk melanjutkan pendidikan. Meskipun lulus dengan
nilai tinggi, nilai itu pun terasa hambar. Nilai yang tinggi pun tak
bias merubah nasib mereka. Meraka hanya mampu melamar pekerjaan yang
biasa-biasa saja. Karena pada kondisi sekarang, lapangan pekerjaan telah
menuntut tingkat pendidikan yang tinggi.
Keadaan yang terpakasa ini memaksa mereka mandapatkan pekerjaan hanya
sekedarnya, sekedar melanjutkan nafas. Lantas, tak pantaskah mereka
untuk mengubah nasibnya? Apakah orang miskin cenderung untuk menjadi
miskin. Benarkah kata pepatah bahwa buah jatuh tak jauh dari batangnya?
Kemana mereka akan mengadu? Pemerintah kah? Bukan kah universitas negeri berada dibawah naungan pemerintah?
Sungguh, betapa ironinya negeri ini. Sementara mereka yang mampu
melanjutkan pendidikan acap kali terlena dengan status mereka sebagai
mahasiswa. Berada diantara gedung yang tinggi kadang membuat mereka
cukup merasa bangga, sehingga kuliah hanya untuk kebanggan saja. Dan tak
sedikit ditemukan diantara mereka sosok mahasiswa yang tangguh, karena
mereka kini sudah semakin terkikis oleh kenikmatan dan
kemudahan-kemudahan. Mereka tidak sadar dengan biaya kuliah yang
semakin mahal dan tak semua mampu menikamti nya. Mereka yang haus akan
pendidikan hanya dapat menahan keinginan untuk kuliah karena
keterbatasan yang sebenarnya bukan keinginan mereka. Kuliah hanya
dinikmati oleh kalangan berduit, yang bisa dan mengerti kemauan pihak
perguruan tinggi.
Lantas untuk apa biaya kuliah yang semakin mahal? Benarkah untuk
meningkatkan fasilitas pendidikan? Gedung yang semakin tinggi dan megah,
ruangan penunjang pembelajaran yang semakin lengkap, pemakaian alat
alat canggih, bahkan hingga pembangunan WC pun di tingkatkan. Dapatkah
fasilitas ini menjamin mutu mahasiswa yang tidak bermental “tempe”?
Betapa kayan nya Negara kita ini. Namun, pada kenyataannya pendidikan
dan kesejahteraan belum bias merata. Masih banyak diantara anak muda
Indonesia yang bermimpi untuk melanjutkan pendidikan yang tinggi, namun
mereka tak sanggup. Harapan mereka hanya lah, mereka yang sekarang mampu
duduk di perguruan tinggi, dapat melakukan sesuatu yang berguna bagi
bangsa dan negaranya.
0 komentar:
Posting Komentar