Ketika menjadi mahasiswa tahun pertama, saat menjalani proses pembinaan,
saya mempunyai nama suci yag diberi senior saya. Adapun nama suci saya saat itu
adalah ‘zener’. Nah berikut adalah penjelasan dari tegangan zener tersebut :
Sebuah dioda biasanya dianggap sebagai alat
yang menyalurkan listrik ke satu arah, namun Dioda Zener dibuat sedemikian rupa sehingga arus dapat mengalir ke
arah yang berlawanan jika tegangan yang diberikan melampaui batas
"tegangan rusak" (breakdown voltage) atau "tegangan Zener".
Dioda yang biasa tidak akan mengijinkan arus listrik untuk mengalir secara berlawanan jika dicatu-balik
(reverse-biased) di bawah tegangan rusaknya. Jika melampaui batas tegangan
rusaknya, dioda biasa akan menjadi rusak karena kelebihan arus listrik yang
menyebabkan panas. Namun proses ini adalah reversibel jika dilakukan dalam
batas kemampuan. Dalam kasus pencatuan-maju (sesuai dengan arah gambar panah),
dioda ini akan memberikan tegangan jatuh (drop voltage) sekitar 0.6 volt yang biasa untuk dioda silikon. Tegangan jatuh ini tergantung dari jenis dioda
yang dipakai.
Sebuah dioda
Zener memiliki sifat yang hampir sama dengan dioda biasa, kecuali bahwa
alat ini sengaja dibuat dengan tengangan rusak yang jauh dikurangi, disebut tegangan
Zener. Sebuah dioda Zener memiliki p-n junction yang memiliki doping berat,
yang memungkinkan elektron untuk tembus (tunnel) dari pita valensi material
tipe-p ke dalam pita konduksi material tipe-n. Sebuah dioda zener yang
dicatu-balik akan menunjukan perilaku rusak yang terkontrol dan akan melewatkan
arus listrik untuk menjaga tegangan jatuh supaya tetap pada tegangan zener.
Sebagai contoh, sebuah diode zener 3.2 Volt akan menunjukan tegangan jatuh pada
3.2 Volt jika diberi catu-balik. Namun, karena arusnya tidak terbatasi,
sehingga dioda zener biasanya digunakan untuk membangkitkan tegangan referensi,
atau untuk menstabilisasi tegangan untuk aplikasi-aplikasi arus kecil.
Tegangan rusaknya dapat dikontrol secara tepat
dalam proses doping. Toleransi dalam 0.05% bisa dicapai walaupun toleransi yang
paling biasa adalah 5% dan 10%. Efek ini ditemukan oleh seorang fisikawan Amerika, Clarence
Melvin Zener.
Mekanisme lainnya yang menghasilkan efek yang sama
adalah efek avalanche, seperti di dalam dioda avalanche.
Kedua tipe dioda ini sebenarnya dibentuk melalui proses yang sama dan kedua
efek sebenarnya terjadi di kedua tipe dioda ini. Dalam dioda silikon, sampai
dengan 5.6 Volt, efek zener
adalah efek utama dan efek ini menunjukan koefisiensi temperatur yang negatif. Di atas 5.6 Volt, efek avalanche menjadi efek utama dan
juga menunjukan sifat koefisien temperatur positif.
Dalam dioda zener 5.6 Volt, kedua efek tersebut muncul bersamaan dan
kedua koefisien temperatur membatalkan satu sama lainnya. Sehingga, dioda 5.6
Volt menjadi pilihan utama di aplikasi temperatur yang sensitif.
Teknik-teknik manufaktur yang modern telah
memungkinkan untuk membuat dioda-dioda yang memiliki tegangan jauh lebih rendah
dari 5.6 Volt dengan koefisien temperatur yang sangat kecil. Namun dengan
munculnya pemakai tegangan tinggi, koefisien temperatur muncul dengan singkat
pula. Sebuah dioda untuk 75 Volt memiliki koefisien panas yang 10 kali lipatnya
koefisien sebuah dioda 12 Volt.
Semua dioda di atas, tidak perduli berapapun tenganan rusaknya, biasanya
dijual dinamakan dioda Zener.
Rangkaian Zener |
Sebuah dioda zener juga digunakan seperti ini
sebagai regulator tegangan shunt
(shunt berarti sambungan parallel, dan regulator tegangan
sebagai sebuah kelas sirkuit yang memberikan sumber tegangan tetap.
0 komentar:
Posting Komentar